Sabtu, 03 Januari 2009

Cinta Segitiga

(untuk kawan-kawan Inspicio) SEJENAK TERLINTAS dalam benak saya untuk menuliskan sebuah catatan resmi akhir tahun. Tetapi, mendadak kesibukan dan “kebingungan” menggerogoti kesadaran refleksif saya. Maka, lahirlah catatan-catatan singkat, bahkan bisa dibilang ‘selintas’ ini yang bisa saya sodorkan kepada teman-teman sekalian.
Kekuatan Cinta
SIAPA yang mampu menolak bila sekarang kita semua telah terlibat dalam cinta segitiga. Saya (Anda) – Inspicio – Kehidupan Kita Sendiri. Mana yang dominan? Tentu saya dan Anda yang lebih tahu. Pada kenyataannya, inspicio hadir menjadi oase atau alternatif percintaan kita. Jadi, mau tidak mau, inspicio telah hadir menjadi bagian dari cinta segitiga kita.
Meski begitu, inspicio cukup menguras energi (bagi yang memikirkannya dengan sungguh). Bahkan, inspicio kerapkali mencuri waktu kita, menyelinap di antara kesibukan-kesibukan kita. Hingga pada akhirnya, inspicio nyaris kita kutuk sebagai “sampah” yang tidak memberi daya guna. Bahwa hukum seleksi alam yang kita yakini sejak awal memang akhirnya terjadi, hal itu tetap tidak bisa kita maki. Seleksi alam = kodrat, bukan? Ya sudahlah, apa mau dikata. Tokh mengecilnya jumlah rombongan dalam inspicio yang makin hari makin menyusut bukan sebuah keteledoran yang disengaja. Semua serba alami.
Pasca Opera Magna
Harus diakui, inspicio lahir dari idealisme. Dan, faktanya idealisme itu terus bertumbuh menjadi penggerak, dibantu dengan berbagai pemaknaan yang membumi. Setidaknya, hal itulah yang telah banyak kita lakukan di tahun-tahun awal berdirinya inspicio. Pertemuan rutin (minimal sebulan sekali), berdiskusi, presentasi, berbagi cerita/pengalaman, hingga berpuncak pada opera magna di bulan Desember 2007.

Weekend Inspicio di Kaliurang Yogyakarta (29-30 Des) itu menjadi bukti bahwa kita benar-benar ingin membagi rasa cinta kita terhadap inspicio. Menyenangkan sekali bahwa teman-teman di Yogyakarta (+Madiun) merespon sapaan inspicio itu. Terlepas dari efek yang ditimbulkan setelahnya, tetapi weekend Kaliurang itu menjadi jejak langkah keseriusan inspicio “menjadi garam dan terang dunia”.
Semangat yang membara, optimisme, dan tekad kuat untuk bersatu padu menghidupi inspicio menjadi komitmen bersama pasca Kaliurang’s Meeting itu. Soal pemberdayaan dan strategi untuk menghidupi inspicio diserahkan sepenuhnya kepada komunitas lokal. Itulah beberapa butir penting yang tercetus.

Dan …
Waktu berjalan terus. Serta merta, inspicio Jakarta (khususnya) bukan bertambah intens, tapi justru sebaliknya; makin meradang. Fakta ini juga tidak bisa disalahkan. Tak perlu dicaci. Tokh pilar-pilar inspicio masih tetap berdiri tegak. Mereka adalah “Kelompok Konsisten” alias ajeg yang selalu terusik bila inspicio “pingsan atau mati suri”. Apa yang terjadi? Berbagai komitmen baru dilakukan. Salah satu di antaranya adalah dengan tetap menghidupkan inspicio@yahoogroups.com. Biarlah milist itu yang sekarang menjadi “tempat bertemu” inspicio untuk selanjutnya. Dan, saya bersyukur bahwa milist kita masih punya nafas. Meski kawan saya bilang, komunikasi dunia maya bukanlah komunikasi sesungguhnya. But, we don’t care (lah).
Tanggung jawab
Harus diakui bahwa tanggung jawab (yang seolah-olah) paling besar ada di pundak saya. Dan, saya menyadari segala kekurangan saya (militansi). Itulah mengapa saya mengatakan saya (dan Anda) pada akhirnya harus memilih prioritas pilihan pada cinta segitiga ini. Tidak berarti mengesampingkan inspicio, tetapi kenyataannya sekarang, inspicio sedang pailit. Bukan saja karena kita (minimal saya) belum mahir untuk memanage sebuah paguyuban, melainkan karena kita sendiri lebih memilih fokus dan prioritas untuk menafkahi hidup kita.
Bahwa inspicio adalah BENIH, itu adalah sebuah kebanggaan. Benih itu pernah kita tanam bersama kawan. Dan, benih itu bukanlah benih tomat, benih melon, atau benih kecambah yang bisa tumbuh cepat dalam hitungan bulan. Benih itu adalah benih kehidupan yang sekarang sedang merendam diri dalam tanah, dan kita tidak pernah tahu kapan Tuhan mengeluarkan kita dari tanah, lalu bertumbuh menjadi pohon yang subur makmur.
Tahun kedua
Ini tahun kedua inspicio ada sebagai nama. Sekarung bahkan segudang kalimat, mungkin tidak akan cukup untuk memberi makna pada ke-ada-annya. Ada susah dan senang, jatuh dan bangun, pesimis dan optimis telah inspicio rasakan dua tahun belakangan. Dan, di tahun kedua (sepanjang tahun 2008) ini inspicio sungguh mengalami musim kemarau, untuk tidak mengatakan kering kerontang.
Jika ditanya, mengapa bisa terjadi begitu? Sulit menjawabnya. Jadi, biarlah di akhir tahun 2008 ini, inspicio bertelut dalam doa. Tidak usah dengan tiupan terompet. Tidak perlu dengan kembang api yang gilang gemilang. Juga tidak perlu dengan jerit tangis haru atau malu. Cukuplah kita berdoa, agar apapun yang terjadi INSPICIO tetap

Tidak ada komentar: